Gerakan Evangelisasi

27/06/2009 10:02

Gerakan Kerasulan Kitab Suci dalam Gereja Katolik tidak terjadi begitu saja setelah diadakannya Konsili Vatikan II, namun terdapat sejarah panjang yang mengawali munculnya gerakan ini. Dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dengan munculnya 3 dokumen penting Gereja. Pertama, pada zaman Paus Leo XII, ia tidak hanya menggagas permasalahan sosial kemasyarakatan dengan Rerum Novarumnya (1891) tetapi juga ensiklik Providentissimus (1893). Kedua Paus Benediktus XV dengan Spiritus Paracitus (1920) dan ketiga zaman Paus Pius XII dengan Divino Affiante Spiritus (1943). Ketiga dokumen Gereja ini mendorong adanya penelitian ilmiah tentang Alkitab serta perlunya kerja sama dengan para teolog dan para penafsir dari Gereja-geraja Reformasi. Ketika ada suatu topik yang terkenal tentang “Yesus sejarah dan Kristus iman” yang dapat menuntun kearah hidup kristiani yang berpusat kepada Kristus.
    Setelah diselenggarakan Konsili Vatikan II (KV II), maka Gerakan Kerasulan ini kemudian meluas, tidak saja dalam bentuk lembaga yang mengurusi Kitab Suci di Konferensi Gereja masing-masing tetapi juga bertitik tolak pada Evangelii Nuntiandi (EN). Sehingga memunculkan adanya Sekolah dan Kursus Penginjilan bagi umat. Paus Paulus VI, pada kata pengantarnya dalam EN menegaskan bahwa “Usaha mewartakan Injil kepada umat manusia pada zaman sekarang ini, merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada jemaat Kristen dan juga kepada seluruh umat manusia (EN no.1). Setelah terbitnya ensiklik Redemptoris Missio (RM) atau “Tugas Perutusan Sang Penebus” tahun 1990, oleh Yohanes Paulus II,  Gerakan Penginjilan ini seolah mendapatkan dukungan yang kuat karena sebagai Amanat Misioner Gereja. Ini dikarenakan dalam KV II menekankan hakekat Gereja adalah Misioner (diutus untuk mewartakan).
    Setelah Konsili ditutup, 25 tahun kemudian muncullah RM dan diikuti dengan diterbitkannya Dekrit tentang kegiatan Misioner Ad Gentes. Dalam RM ini Paus Yohanes Paulus II memberi pengamatannya bahwa ia ingin mengajak Gereja untuk memperbaharui keterlibatan misionernya. Sebab kegiatan missioner Gereja memperbaharui Gereja, menghidupkan kembali iman dan identitas kristiani serta memberikan semangat baru serta adanya daya pendorong yang baru. Iman itu diperteguh ketika dia diberikan kepada orang-orang lain. (RM no.2). Salah satu bentuk dan langkah nyata dari Gerakan Penginjilan Baru ini adalah dengan berdirinya Sekolah Evanglelisasi Pribadi (SEP) tahun 1988 yang diselenggarakan oleh BPK-KAJ bidang Evangeliasasi di Sekinah Jakarta. Sedangkan di paroki-paroki di selenggarakan Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP).
    Di paroki St.Matias, Cinere  KEP diselenggarakan sejak tahun 2001 dan hingga sekarang sudah sampai pada angkatan ke VIII. Alumninya sendiri lebih dari 250 umat yang sudah mengikutinya. Materi dan bahan yang diberikan baik di SEP maupun KEP tidaklah berbeda. Penyelenggaraan KEP di St.Matias berlangsung lebih kurang selama 5 bulan dari akhir Juni hingga akhir November. Selain bahan Misi Evangelisasi sendiri sebagai bahan yang diberikan,  juga Ajaran Gereja serta Seruan Apostolik Evangelii Nuntiandi.
    Dalam setiap penutupan KEP selalu di akhiri dengan Retret Pengutusan. Materi yang diberikan dalam kegiatan ini bukan lagi materi pemahaman tetapi berupa dorongan dan motivasi keterlibatan pribadi peserta dalam penginjilan yang dikobarkan. Buah dari KEP sudah sangat terasa dalam kehidupan umat yang pernah mengikutinya dan karena jumlah umat yang pernah mengikuti KEP pun sudah cukup banyak, maka ada juga KELASI (Kelompok Alumni Evangelisasi) St. Matias yang memiliki berbagai kegiatan bagi para  Alumninya. Bagi umat yang masih ingin mengikuti KEP ini, panitia masih meneriman pendaftaran hingga taggal 30 juni 09 dan pelaksanaan kursus setiap hari Selasa dan Jumat, pada pk 19.00-21.00 di aula Gereja St. Matias, Cinere.
Semoga dengan diselenggarakannya KEP ini, iman dan kecintaan umat akan Kitab Suci makin bertambah.

(dari berbagai sumber-alex i)

—————

Back