Kau Tetap ALLAH Penolongku

21/06/2009 09:57

Kau Tetap ALLAH Penolongku

   

Bacaan Minggu ini diambil dari Injil Markus 4: 35-41, setelah menampilkan kisah-kisah mukjizat yang lain seperti perumpamaan benih yang ditabur, biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar dan beberapa mukjizat lainnya, penginjil Markus mengajak kembali mengikuti kisah mukjizat Yesus berupa meredakan angin ribut. Perikop ini dapat kita bagi dalam 2 bagian. Pertama ay.35-39: Yesus dan para murid berlayar di danau Galilea. Setelah meninggalkan orang banyak, Ia menyuruh para murid untuk bertolak ke sisi lain dari  danau Galilea. Kemudian Ia tertidur di buritan “bagian belakang perahu”, namun tiba-tiba datanglah badai yang sangat dahsyat dan membuat para murid menjadi takut. Badai yang datang bukanlah badai yang biasa, sebab sebagian besar para murid adalah para nelayan yang biasa menghadapi hal seperti itu. Namun kali ini mereka pun menjadi takut, khawatir dan panik. Ini membuktikan bahwa badai itu di luar batas kemampuan mereka. Dan berpikir bahwa Yesus tidak peduli terhadap hal ini, karena melihat Ia tertidur dengan pulas. Reaksi para murid ini juga menjadi gambaran pada diri kita. Ketika kesulitan itu datang, kita tidak melihat lagi bahwa itu adalah ujian iman dan merupakan kebahagiaan namun justru berusaha untuk menyelesaikan dengan cara kita sendiri. Bahkan terkadang kita juga mudah untuk mengeluh, seolah-olah Tuhan sudah tidak peduli lagi. Karena merasa bahwa selama ini kita telah bekerja, dan melakukan semuanya demi Nama dan Kemulian-Nya. Sehingga hal ini membuat kita menjadi kecewa dan pada akhirnya kita menyerah pada kondisi itu. Kisah ini mengajak kita agar semakin melihat sosok Yesus sebenanya, karena Ia sungguh hadir bersama dengan kita

Kedua: ay. 37-41: Sikap takut dan khawatir para murid. Mereka menjadi takut dan kurang percaya walaupun Yesus hadir bersama mereka, kemudian mereka membangunkan Yesus sambil berseru “Guru, tidak perdulikah Engkau kalau kita binasa?” lalu Yesus bangun dan meredakan badai itu. Bagi Yesus yang menjadi persoalan bukannya badai yang mengamuk, akan tapi kecilnya iman para murid. Karena selama ini mereka selalu bersama dan telah melihat kuasa-Nya yang luar biasa itu. Maka Yesus pun menegur mereka: “Mengapa kamu begitu takut dan tidak percaya?”. Kata “tidak percaya“ menggambarkan orang yang imannya kecil, karena apa yang menjadi komitmen mereka belum menjadi iman yang sejati. Ini terbukti dengan badai yang datang membuat mereka menjadi bimbang dan takut. Ini juga yang terjadi pada diri kita, sering kali kita menjadi takut dan khawatir ketika tantangan, hambatan, kesulitan itu datang.  Seolah-olah Tuhan tidak peduli lagi terhadap masalah yang kita hadapi. Perikop minggu ini mengingatkan kepada kita untuk tidak perlu ragu lagi akan kasih kuasa-Nya, Yesus yang kita imani adalah Tuhan yang sungguh hidup dan peduli akan kita serta berkuasa untuk menolong kita keluar dari situasi apapun yang sedang kita hadapi. Bahkan ketika semua orang sudah tidak peduli lagi akan kita. Tuhan tetap selalu ada untuk datang dan menolong kita, Ia tidak pernah meninggalkan kita. Namun Tuhan tidak pernah berjanji bahwa kalau kita mengikut-Nya, maka kita tidak akan pernah mengalami kesulitan dan penderitaan, melaui penderitaan dan kesulitan itulah Tuhan menjadikan kita untuk tumbuh menjadi dewasa secara rohani. Tuhan mampu untuk mengubahkan badai dan ombak keras di hidup kita menjadi keteduhan yang lembut dan bersahabat dan Ia selalu menyertai kita dalam keadaan apapun. Sehingga kita tidak perlu lagi untuk khawatir dan goyah. Seperti dalam potongan syair pujian ini:

WALAU SERIBU REBAH DI SISIKU
KAU TETAPLAH ALLAH PENOLONGKU
WALAU SEPULUH RIBU REBAH DI KANANKU
TAK KAN KU GOYAH S'BAB YESUS SERTAKU

Tuhan memberkati.     (Alex Iwanto)

—————

Back