Makanlah & Minumlah .........

14/06/2009 08:18

Bacaan Minggu ini diambil dari Injil Markus 14:12-16,22-26, yang mengisahkan perjamuan malam Yesus bersama para murid-Nya. Perikop ini dapat dibagi dalam 2 bagian, pertama ay.12-16:  Pemiilihan tempat perjamuan dikisahkan dengan cara yang unik. Para murid ketika itu sepertinya belum siap untuk merayakan perjamuan Paskah, maka mereka mengajukan pertanyaan kepada Yesus  “Kemana harus pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?”. Ternyata Yesus menyuruh mereka untuk pergi ke kota dan mencari orang yang membawa kendi yang berisi air. Uniknya semua itu seolah-olah sudah diatur dengan baik, sehingga mereka mudah menemukannya. Kemudian mereka disuruh Yesus untuk mengikuti orang itu, yang kemudian membawa mereka ke sebuah rumah tempat mereka akan mempersiapkan Paskah dan semua ini berjalan sesuai dengan perkataan Yesus. Dalam peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa atas situasi dan lingkungan disekitarnya.
     Kedua ay 22-26: mengisahkan perjamuan terakhir, dimana Yesus mengambil roti dan mengucap syukur kemudian membagi roti itu. Ia melakukan hal itu supaya para murid-Nya selalu  melakukannya sebagai kenangan terhadap-Nya. Dengan membagikan roti kepada para murid, Yesus mengungkapkan bahwa Ia memberi mereka bagian dalam berkat atau keselamatan yang Ia peroleh sendiri karena telah menyerahkan tubuh-Nya. Saat itu Yesus merupakan tokoh yang tenar, kemana  pun Ia pergi orang selalu mengikutinya. Sehingga tempat di mana Ia bersama para murid-Nya berjamu pasti didatangi oleh orang banyak pula, karena mereka ingin melihat tokoh ini dan para murid-Nya. Dalam Injil kita dapat menjumpai peristiwa Yesus memberi makan orang banyak , bahkan sampai diceritakan hingga 6 kali. Yesus berbagi rejeki yang diperoleh dari Bapa-Nya, dan dibagikan kepada orang banyak yang menaruh harapan dan kepercayaan kepada-Nya. Ia berusaha mewujudkan impian dan angan-angan mereka, namun Ia datang bukan sebagai Mesias yang akan mengembalikan kejayaan seperti tempo dulu. Tetapi Ia datang untuk memperkenalkan Allah yang dapat didekati dan dirasakan kehadirannya. Allah yang diperkenalkan Yesus adalah Allah yang dapat dijangkau orang banyak, bukan harus melalui kurban dan upacara, tetapi melalui diri-Nya., Allah itu hadir dan ada. Ini menunjukkan bahwa Yesus telah membuka hubungan baru antara Allah dengan manusia.
     Dalam kesempatan itu, Yesus membuat roti dan anggur perjamuan menjadi tanda pemberian diri seutuhnya kepada mereka yang ikut makan dan minum. Kata-kata "Inilah tubuhku" (Mrk 14:22) dan "inilah darahku" (24) menjadi ajakan bagi mereka yang ikut serta dalam perjamuan itu, untuk menyadari bahwa sebenarnya mereka bersatu dengan dia yang kini menjadi tanda keselamatan bagi orang banyak. Injil merumuskannya sebagai darah perjanjian, yakni yang dulu secara ritual diadakan dalam upacara kurban sembelihan untuk meresmikan Perjanjian, dalam adat kebiasaan bangsa Yahudi darah perjanjian menjadi penebusan bagi Israel.
    Perjamuan itu kemudian selalu dilakukan oleh para pengikut-Nya sebagai suatu kenangan akan Dia, dan perjamuan itu sendiri telah menjadi peristiwa yang bermakna. Salah satunya jemaat perdana yang selalu berkumpul pada hari pertama dalam minggu itu  untuk melakukan kenangan akan Dia dan hingga sekarang pun kita selalu melakukan hal yang sama. Melalui bacaan ini mengajak kita untuk selalu mengevaluasi keikutsertaan kita dalam perjamuan itu bahwa  yang disambut bukanlah sekedar roti dan anggur biasa. Kita harus menyadari dan mengingat apa yang telah dilambangkan oleh roti dan anggur itu. Karena tanpa adanya pengorbanan Yesus kita masih tetap berada dibawah hukum lama dan mati dalam kedosaan tanpa pengampunan.
Kenangan akan pengurbanan Yesus hendaknya kita lakukan sebanyak mungkin dalam hidup ini, hal ini karena kita adalah makhluk yang lemah dan mudah melupakannya. Dan pengurbanan Yesus merupakan sesuatu yang terlalu besar untuk dilupakan. Kematian-Nya di kayu salib merupakan suatu tragedi besar bagi umat manusia, namun sekaligus merupakan pengharapan dari-Nya. Maka sudah layak dan sepantasnya bagi kita untuk selalu mengenangNya    (alex iwanto)

—————

Back