Menjadi Saksi....Capek deh

31/05/2009 20:43

    Itulah kira-kira jawaban seseorang apabila diminta menjadi saksi dalam suatu peristiwa di sidang pengadilan untuk mencari kebenaran. Dalam kasus yang remeh sekalipun, misalnya menjadi saksi tetangga yang kemalingan ayam bisa jadi merepotkan dan bahkan status yang semula sebagai saksi dapat berubah menjadi tersangka.
    Seseorang yang duduk sebagai saksi paling tidak harus di sumpah dan dimintai keterangan dengan belasan pertanyaan baik dari polisi, jaksa maupun hakim. Dan kemungkinan besar tidak didampingi oleh pembela karena kasusnya termasuk recehan. Namun, meskipun hanya sebagai saksi, kemungkinan untuk diintimidasi oleh pihak-pihak lain tetap ada agar supaya kesaksian yang diberikan dapat meringankan tertuduh dan bila perlu bisa bebas.
    Menjadi saksi juga bukan perkara mudah, karena seorang saksi harus ingat betul kejadian perkara. Hal-hal yang kecil yang ditulis dalam berita acara pemeriksaan (BAP) harus sesuai dengan apa yang dilihat dan dialami. Misalnya: “Kejadiannya jam berapa?”, “masuknya lewat mana?”, “pencurinya berapa orang?”, “ayamnya warnanya apa?”. Lalu ditanya lagi: “Saudara waktu itu ada dimana?”, “kenapa belum tidur?”, “kenapa nggak teriak maling-maling?”, dan sebagainya. Sulit kan? Tidak heran bila banyak orang kalau diminta menjadi saksi langsung menjawab: “Cape deh!”.
    Tetapi, inilah perintah yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya menjelang perpisahan untuk menjadi saksi bagi-Nya: “Jikalau Pengibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”. (Yoh. 15:26-27) Kata-kata Yesus ini mengadung perintah sekaligus janji, sebab Ia akan memberikan pendamping dengan mengutus Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran. Meski tidak secara tegas “menolak”, tetapi Yesus tahu kegamangan hati mereka, oleh sebab itu Ia mengatakan: “......janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14:27). Lalu apakah perintah menjadi saksi Kristus itu juga berlaku untuk kita semua?, Jawabnya sama: Harus!”.
    Kuasa Roh Kudus tampak nyata dalam kehidupan para rasul pada dua ribu tahun yang lalu. Dalam minggu-minggu pertama setelah Yesus wafat, banyak murid ketakutan. Mereka tercerai berai dan menyembunyikan diri, bahkan ada yang pulang ke kampung halamannya. Tetapi Kira-kira empat puluh hari kemudian, ketika Roh Kudus turun atas mereka, sejak saat itu para rasul mulai bersaksi dan mewartakan  tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah. (Kis. 2:11)
    Menjadi saksi Kristus itu tidak hanya sulit tetapi juga tidak enak. Coba kita bayangkan, seseorang harus bisa memberikan kesaksian seperti yang sudah tertulis dalam “berita acara” Injil yang mencatat peristiwa-peristiwa iman tentang kehidupan dan ajaran Kristus. Disamping itu juga dituntut untuk hidup dalam Roh supaya menghasilkan buah-buah Roh yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Galatia 5: 22-23).
    Lalu, apakah ada orang yang dapat memenuhi tuntutan hidup seperti itu? Sementara banyak orang menganggap bahwa gaya hidup “Dandutan” (baca: daging, dunia dan setan) lebih nyata dan nikmat yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, percecokan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah dan kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Galatia 5: 19-21), meskipun semua tahu bahwa semua itu mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.
    Lalu bagaimana dengan perintah untuk menjadi saksi Kristus? Masakan kita menjawab: “Ogah ah,… banyak resikonya!. Nanti diancam, diintimidasi, dikeroyok, dilempari batu, nanti enggak dapat jabatan, enggak bisa dugem, enggak boleh ke dukun, dilarang cerai, harus berderma!.........cape deh!.
    Pada hari raya pentakosta, kita tidak hanya memperingati turunnya Roh Kudus atas para rasul. Tetapi kita juga berdoa dengan kerendahan hati memohon agar lidah-lidah api turun atas kita dan membiarkan Roh Kudus memimpin hidup kita. Kita berharap agar api yang menyala-nyala itu menerangi jalan hidup kita dan mengobarkan kembali semangat hidup kita sebagai saksi Kristus.
Dominus vobis cum.                                 (erkautomo)
 

—————

Back